Dialog Dan Sedekah Budaya Dalam Peringatan 1000 Tahun Prasasti Sang Hyang Tapak
Dialog dan sedekah Budaya dalam peringatan 1000 Tahun Prasasti Sang Hyang Tapak kegiatan tersebut diadakan di Hotel Savoy Homan, 7 Juli 1045 Masehi - 7 Juli 2023 Masehi - 12 Suklapaksa KARTIKA 952 Cakap Sunda 12 Suklapaksa KARTIKA 1960 Caka Sunda " Muncang Labuh Ka Puhu" .
Sampurasun ini merupakan sekilas tentang prasasti Sanghyang tapak,
Awal dalam perjalanan dari tahun cacing ke tahun hurang tutug, di awali dari mipit amit untuk menyambut pergantian tahun di kalender Sunda nyaeta hurang tutug atanapi udang sasih badra 11 atau bulan Mei, pertama menuju laut Santolo Pameungpeuk Garut Selatan, di sana berkunjung kepada sesepuh nelayan lantas dapat keterangan bahwa hurang tutug itu adalah lobster dan lobster atau udang tadi ya itu kehidupannya di dasar laut.
Diteruskan ke bulan asuji atau bulan 12 tepatnya di tanggal 7 Juni, berangkat menuju kawasan gunung Sunda tepatnya di Curug Cilemper adalah mipit amit atau sanuk sanuk, untuk kelancaran acara menuju kota Pajajaran atau Bogor jadi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di kota Pajajaran Bogor,awal taun cacing mengambil sebuah tema naratas mustika ka Pajajaran, berakhirnya tahun cacing di bulan Asuji berganti ke tahun hurang tutug atau tahun ke-8 dan tibalah pergantian tahun di tanggal 1 suklapaksa bulan Kartika 1960 Caka Sunda di hotel salak Bogor.
Dengan mengambil sebuah tema yaitu muncang labuh ka puhu yang artinya kembali dulu ke awal, kembali dulu ke asal-usulnya, baru memulai dari awal, dari awal lagi ya adapun tanggara tanggara alam di tahun hurang Tutug yaitu didominasi oleh bulan dan bintang karena bulan dan bintang, bulan menunjukkan jatuh pada hari soma kaliwon di tahun pabaru Sunda.
Tahun baru Sunda yang jatuh pada hari soma kaliwon bulan Kartika 1960 Caka Sunda, soma artinya bulan sementara Kartika adalah nama bentang.
Setelah pabaru sundah berakhirlah perjalanannya menuju karang Pamulang yaitu pantai citepus di situ terdiri ada pesanggrahan tenjoresmi, sekian sekilas perjalanan di tahun cacing menuju tahun hurang tutug, terima kasih sampurasun.
Dikatakan Dra.Ir.Hj. Eni Sumarni. M.Kes, Anggota DPD RI yang juga sebagai pemerhati budaya Sunda/Idung Sunda, Saya selaku anggota DPD mengucapkan terimakasih kepada para pemerhati budaya Sunda yang telah menjaga kultur adat budaya Sunda.
Mengenai peringatan 1000 tahun prasasti Sanghyang tapak sudah menjadi kewajiban kita selaku warga masyarakat Sunda untuk menjaga, melestarikan dan memahami prasasti Sanghyang tapak karena prasasti tersebut yang menjadikan patokan adanya kalender Sunda.
Kenapa kita harus memahami dengan adanya kalender Sunda, kalender Sunda
adalah sistem penanggalan atau kalender yang digunakan oleh masyarakat tradisional Sunda di Nusantara (kini Indonesia).Kalender Sunda sendiri hampir memiliki jumlah bulan, minggu, dan hari yang sama dengan kalender Masehi, yang membedakannya ialah penamaan nama bulan, minggu, dan harinya.
Sistem penanggalannya terdiri dari tiga sistem yaitu berdasarkan perhitungan terhadap peredaran Bulan atau disebut Kala Candra Caka Sunda, sistem perhitungan terhadap peredaran Matahari atau Kala Surya Saka Sunda, dan Kala Cakra Caka Sunda, yang terpenting didalamnya terkandung makna yang mendalam tentang kehidupan manusia yang harus dijalani.
Ditambahkan Teh Miranda H Wiharja yang merupakan pengelola kalender Sunda, Prasasti Sanghyang Tapak, juga dikenal sebagai Prasasti Sri Jayabhupati atau Prasasti Cicatih, adalah kumpulan empat prasasti kuno dengan tarikh tahun 952 saka, yang terdiri dari 40 baris tulisan yang dituliskan di atas permukaan empat buah batu. Prasasti-prasasti tersebut ditulis dalam aksara Kawi dan bahasa Kawi.
Prasasti Sanghyang Tapak ditemukan di dua tempat yang berbeda, yaitu di Pangcalikan dan Bantarmuncang, Sukabumi.
Prasasti Sanghyang Tapak Dibuat oleh Sri Jayabhupati raja kerajaan Sunda. Tidak ada seorangpun yang boleh melanggar aturan ini. Di bagian sungai ini tidak boleh menangkap ikan, di kawasan pemujaan Sanghyang Tapak dekat hulu sungai. Jauh hingga ke batas Sanghyang Tapak yang ditandai dua pohon besar.
Diharapkan dengan diadakannya Dialog & Sedekah Budaya dalam memperingati 1000 tahun prasasti Sanghyang Tapak ini dapat dilestarikan karena berkaitan dengan kalender Sunda yang didalamnya terdapat gambaran kehidupan untuk melangkah dalam keberhati-hatian dan menjadikan patokan dalam menjalani kehidupan.
Reporter : Yun.s
Tidak ada komentar